Senin, 08 Juni 2009

Over haul kopling " KIA Visto"

1 . Landasan teori

a. Uraian

Kopling (clutch) terletak diantara mesin dan transmisi, fungsinya untuk menghubungkan dan melepaskan tenaga dari mesin dan transmisi melalui kerja pedal selama perkaitan roda gigi. Demikian juga kopling dapat memindahkan tenaga secara perlahan – lahan dari mesin ke roda – roda penggerak (drive wheel) agar gerak mula kendaraan dapat berlangsung dengan lembut dan perpindahan roda- roda gigi transmisi dapat lembut sesuai dengan kondisi jalannya kendaraan. Dengan adanya kopling, perpindahan perkaitan gigi pada transmisi dapat dilakukan dengan mudah tanpa menimbulkan bunyi atau kerusakan. Adapun persyaratan kopling sebagai berikut:

1) Harus dapat menghubungkan dan melepaskan tenaga putar dari mesin ke transmisi secara lembut.

2) Pada saat menghubungkan tenaga ke transmisi harus dapat memindahkan tenaga tanpa slip.

3) Harus dapat membebaskan hubungan dari transmisi dengan sempurna dan cepat.

b. Nama dan fungsi komponen pada system kopling. (Gbr.4.1.1.)

1) Pedal kopling

Berfungsi untuk atau sebagai kekuatan awal dari kaki unutk mendorong push rod

2) Push rod

Berfungsi untuk menerima tekanan dari pedal kopling sehingga dapat mendorong piston

3) O ring

Berfungsi untuk mencegah kebocoran fluida

4) Seal

Berfungsi untuk mencegah fluida agar tidak kembali ke reservoir tank


5) Piston in wheel silinder

Berfungsi untuk menekan fluida yang berada di master silinder menuju ke release silinder

6) Master silinder

Berfungsi untuk mengubah tenaga mekanis menjadi tenaga hidroulis

7) Reservoir tank

Berfungsi sebagai tempat fluida

8) Flexible hose

Berfungsi untuk meneruskan fluida dari master cylinder ke release cylinder

9) Release cylinder

Derfungsi mengubah tenaga hidrous menjadi tenaga mekanis untuk mendorong diston

10) Release fork

Berfungsi untuk menekan release bearing

11) Release bearing

Berfungsi untuk mendorong shift lever

12) Shift lever

Berfungsi untuk meneruskan tekanan dari release bearing untuk menekan diaphragm spring

13) Diaphragm spring

Untuk mendorong dan mengungkit pressure plate

14) Pressure plate

Berfungsi untuk menghubungkan dan membebaskan clutch disc dari perkaitan dengan flywheel

15) Clutch disc

Berfungsi untuk membebaskan dan menghubungkan tenaga dari mesin dan transmisi tanpa terjadi slip.


c. Cara kerja kopling. (Gbr.4.1.2.)

1) Pada saat pedal kopling diinjak

Pada saat clutch pedal diinjak maka clutch pedal akan mendorong push rod kemudian push rod mendorong piston di dalam master silinder lalu piston akan mendorong fluida di dalam master silinder. Di master silinder terjadi perubahan tenaga mekanis manjadi tenaga hidroulis. Kemudian fluida dalam master silinder terdorong oleh piston menuju ke release silinder melalui flexible hose. Di dalam release silinder terjadi perubahan tenaga hidroulis menjadi tenaga mekanis. Kemudian fluida di dalam release silinder mendorong piston di dalan release silinder kemudian piston akan mendorong push rod sehingga push rod akan mendorong release fork. Release fork akan mendorong release bearing, release bearing menekan shift lever. Release lever menekan diaphragm spring sehingga diaphragm spring akan mengungkit pressure plate dan menyebabkan clutch disc terbebas tidak lagi terjepit diantara flywheel dan pressure plate sehingga putaran mesin tidak dapat diteruskan ke input shaft transmisi.

2) Saat pedal kopling dilepas

Pada saat pedal dilepas maka release fork tidak menekan release bearing, release bearing tidak menekan shift lever kemudian shift lever tidak menekan diaphragm spring dan diaphragm spring tidak menarik pressire plate sehingga cluth disc akan tertekan oleh pressure plate ke flywheel dan saat pedal kopling dilepas terjadi perpindahan tenaga dari mesin diteruskan ke flywheel lalu flywheel memutarkan clutch cover lalu diaphragm spring menekan pressure plate sehingga pressure plate menekan clutch disc dan clutch disc terjepit di antara pressure plate dan flywheel. Dengan terhubungnya clutch dan flywheel maka tenaga dari mesin dapat diteruskan ke input shaft transmisi.


d. Jenis – jenis kopling

1) Clutch cover

Tutup kopling dibagi menjadi dua tipe, dan ini tergantung pada tipe pegas yang digunakan untuk menekan plat penekan (pressure plate) terhadap plat kopling (clutch disc): dengan menggunakan pegas diaphragm dan pegas coil. Dewasa ini tuutp kopling tipe pegas diaphragm lebih banyak digunakan, pegas coil banyak digunakan pada kendaraan niaga berat.

a) Kopling tipe pegas coil

Keuntungan:

(1) Penekanan terhadap clutch disc lebih kuat

Kerugian tipe pegas coil

(1) Tenaga yang digunakan untuk menekan pedal kopling lebih besar

(2) Konstruksi lebih rumit sehingga harganya lebih mahal

b) Kopling tipe diaphragm spring

Keuntungan:

(1) Tenaga yang dibutuhkan untuk menekan pedal kopling lebih kecil

(2) Penekanan terhadap plat kopling lebih merata

(3) Kopling selalu tetap seimbang selama sekeliling permukaannya rata

(4) Tidak terpengaruh gaya sentrifugal pada kecepatan tinggi

(5) Komponen – komponennya lebih sedikit

Kerugian:

(1) Tidak bisa dikonstruksikan pada beban berat

2) Mekanisme penggerak kopling

a) Tipe mekanis

Kopling mekanis (mechanical clutch) terdiri dari bagian – bagian seperti diperlihatkan pada gambar. Pada tipe ini, perpindahan pedal kopling diteruskan ke body kopling secara langsung oleh kabel


b) Tipe hidroulis

Konstruksi kopling hidroulis (hydraulic clutch) seperti pada gambar. Pada tipe kopling ini, pergerakan pedal kopling diubah oleh master silinder menjadi tekanan hidroulis kemudian diteruskan ke garpu pembebas kopling (clutch release fork) melalui silindre pembebas ( release silinder). Pada kopling ini, pengemudi tidak terganggu oleh bunyi getaran mesin dan kopling mudah digerakkan.

3) Master silinder kopling

Master silinder kopling (clutch master silinder) terdiri dari reservoir, piston, silinder cup, katup, dan lain – lain dan tekanan hidroulis ditimbulkan oleh gerakan piston. Batang penekan kopling (clutch push rod) tertarik kearah pedal kopling oleh adanya pegas pembalik pedal (pedal return spring). Beberapa kendaraan niaga menggunakan master silinder tipe booster.

e. Gejala kerusakan

Pemilik kendaraan merasakan adanya slip dalam isstem kopling pada kendaraannya dan kesulitan memindahkan gigi saat kendaraan berjalan. Padahal kendaraannya tergolong masih baru karena belum ada 2 tahun. Selanjutnya, dilakukan pemeriksaan terhadap kerusakan yang terjadi. Pemeriksaan awal adalah memeriksa pedal kopling, ditemukan adanya jarak bebas pedal yang melewati limit sehingga harus dilakukan penyetelan. Setelah itu memeriksa mekanisme penggerak, dari pemeriksaan dapat disimpulkan bahwa mekanisme penggerak normal. Selanjutnya memeriksa mekanisme pencekam atau clutch assy, dari pemeriksaan dapat disimpulkan bahwa clutch assy sudah aus sehingga harus diganti dan melakukan over haule.

f. Diagnosa gangguan

1) Kopling slip, penyebab:

a) Jarak bebas pedal kopling tidak tepat

b) Plat kopling tercemar oli atau gemuk

c) Pegas plat penekan rusak atau lemah

d) Permukaan plat kopling aus

e) Sambungan mekanis atau hidroulis menempel atau tertahan

2) Kopling bergetar, penyebab:

a) Plat kopling terkena oli

b) Permukaan plat kopling terbakar

c) Plat kopling bengkok atau usang

d) Plat kopling cacat

e) Plat penekan atau roda gila bergeser

f) Lengan atau jari pembebas plat penekan terjepit

g) Rumah kopling, transmisi tidak segaris dengan poros engkol

h) Sambungan – sambungan terjepit

i) Bantalan pilot aus

j) Penyetelan tidak tepat dari lengan dan plat penekan

k) Dudukan mesin aus atau longgar

l) Transmisi longgar

m) Penyangga pegas belakang atau lengan pengontrol as longgar

n) Alur as atau poros input transmisi aus

3) Kopling tidak mau bebas dengan sempurna, penyebab:

a) Jarak bebas pedal terlalu jauh

b) Plat kopling melengkung

c) Permukaan kopling tergores dan melipat

d) Plat penekan melengkung

e) Rumah kopling tidak lurus

f) Plat kopling terjepit pada poros input shaft transmisi

g) Bantalan aus

h) Kerusakan semua bantalan

i) Semua tuas tidak pada tempatnya

j) Plat kopling melekat (karatan) menempel ke roda penerus dan plat penekan

k) Putaran idle terlalu cepat


4) Kopling berisik saat pedal ditekan dan mesin / kendaraan berjalan, penyebab:

a) Semua bantalan kering atau aus

b) Bantalan pilot aus

c) Langkah pedal jauh

d) Tuas keluar

e) Rumah kopling tidak lurus

f) End play poros engkol berlebih

5) Kopling berisik ketika pedal ditekan kendaraan diam, penyebab:

a) Sambungan mengering

b) Semua bantalan kering

c) Pengangkat penggerak plat penekan menggores rumah kopling

6) Kopling berisik saat pedal ditekan penuh dan kendaraan sedang berjalan, penyebab:

a) Jarak bebas pedal tidak tepat

b) Plat kopling aus

c) Pegas plat kopling aus

d) Rumah kopling tidak lurus

e) Plat kopling aus dan longgar

f) Poros input bengkok

g) Bantalan poros input usang

7) Tekanan pedal berlebih, penyebab:

a) Sambungan memerlukan pelumasan

b) Jari pembebas plat penekan terjepit

c) Sambungan tidak menyambung

d) Bantalan terjepit pada bantalan pengembali transmisi

e) Sambungan master tertahan, master terganjal

8) Pemakaian plat kopling boros, penyebab:

a) Jarak bebas pedal tidak cukup

b) Kotoran / gesekan pada plat penekan dan roda penerus

c) Pengemudi memacu kopling, melepaskan kopling selama kendaraan berjalan

d) Pengemudi memacu mesin dan slip pada kopling berlebihan

e) Pengemudi menahan kendaraan dengan membuat kopling slip

f) Pegas plat penekan lemah

g. Perbaikan

Berdasarkan diagnosa gangguan, penyebab dari pemakaian plat kopling yang terlalu boros adalah jarak bebas pedal yang terlalu kecil. Sedangkan penyebab dari terjadinya slip adalah clutch disc yang sudah aus. Langkah perbaikan adalah adalah dengan mengover haul kopling dan mengganti clutch assy. Setelah selesai penggantian komponen, maka melakukan penyetelan gerak bebas pedal kopling.

h. Alat dan bahan yang diugnakan

1) Alat


a) Kunci pas 10, 12, 14, dan 17

b) Kunci ring 10, 12, 14, dan 17

c) Kunci sok 12, 14, 17, 19, dan 21

d) Kunci recet

e) Flexible panjang

f) Center clutch

g) Jangka sorong

h) Mistar

i) Dial test indicator

j) Kunci momen

k) Flywheel holder

l) Input shaft bearing installer


2) Bahan

a) Grease

i. Keselamatan kerja

1) Menggunakan alat dan bahan sesuai fungsinya

2) Melepas kabel negative batere

3) Memasang jack stand

4) Memasang trolly

5) Hati – hati dalam menyemprot clutch assy dengan ais gun

6) Memakai alat tangan yang tepat


2 . Prosedur pembongkaran unit kopling

a. Melepas kabel kopling

Langkah – langkah

1) Mendongkrak kendaraan

2) Melepas kabel negative batere

3) Melepas kabel dari release arm kopling. (Gbr.4.2.1.)

4) Mengendorkan mur – mur luar kabel (sebelah release arm).

5) Melepaskan kabel dari bracket

6) Melepas clamp – clamp batere dan menurunkan batere

7) Meletakkan kabel kopling pada tempat batere

8) Menurunkan kendaraan dan mengendorkan mur luar kabel.

9) Melepaskan hook kabel pada pedal dan mengeluarkan kabel

b. Melepas clutch assy.

Langkah – langkah:

1) Menurunkan transmisi

2) Menggunakan SST untuk menahan flywheel dan membuka baut – baut cover, cover, dan plat kopling. (Gbr.4.2.2.)

3) Melepaskan flywheel dan input shaft bearing. (Gbr.4.2.3.)

c. Melepas release bearing

Langkah – langkah:

1) Menurunkan transmisi

2) Mengeluarkan release bearing dengan memutarkan release shaft (Gbr.4.2.4.)

3) Melepaskan release arm kopling

4) Menggunakan SST untuk mengeluarkan release shaft bush (sisi kanan) dan oil seal (Gbr.4.2.5.)

5) Melepaskan release lever return samping dan mengeluarkan bush sebelah kiri dan penutupnya (Gbr.4.2.6.)

6) Melepaskan release fork


3 . Pemeriksaan system kopling

a. Pemeriksaan pedal kopling (Gbr.4.3.1.)

1) Menekan pedal kopling

Gerak bebas pedal kopling : 20 mm

Hasil pengukuran : 25 mm

Kesimpulan : baik

2) Jika gerak bebas pedal kopling di luar ketentuan, menyetel main release arm sesuai dengan spesifikasi

Jarak main pedal kopling : 2 – 4 mm

3) Memeriksa gerak bebas pedal kopling dan kerja kopling dengan keadan mesin hidup

b. Memeriksa kabel kopling jika terdapat hal – hal berikut ini:

1) Gesekan yang berlebihan

2) Karet menyerabut

3) Kabel kusut atau bengkok

4) Karet boot pecah

5) Bagian ujung aus

c. Memeriksa clutch assy

1) Memeriksa input shaft bearing (Gbr.4.3.3.)

Memeriksa apakah bearing dapat berputar dengan lembut atau halus, bila ada kelainan mengganti segera.

Hasil pemeriksaan : Putaran lembut

Kesimpulan : Masih baik

2) Memeriksa plat kopling (Gbr.4.3.4.)

Mengukur kedalaman kepala rivet, sebagai contoh jarak antara kepala rivet dengan permukaan atas, jika kedalamannya diluar batas maka mengganti plat kopling.

STD : 1.3 – 1.9 mm

Limit : 0.5 mm

Hasil Pemeriksaan : 0.15 mm

Kesimpulan : Mengganti

3) Memeriksa Clutch cover (Gbr.4.3.5.)

a) Memeriksa diaphragm spring dari keausan

b) Memeriksa plat penekan dari kerusakan

c) Jika ada kelainan maka mengganti

Jangan membongkar diaphragm dan plat penekan

Hasil pemeriksaan: Ada kelainan pada diaphragm (shift lever) dan ketinggian tidak sama

Kesimpulan : Mengganti

4) Memeriksa flywheel

Hasil pemeriksaan : terdapat bekas terbakar pada flywheel

Kesimpulan : dibubut

5) Memeriksa release bearing

a) Memeriksa release bearing apakah dapat berputar dengan halus

b) Memeriksa juga input shaft bearing retainer, bila perlu mengganti

Catatan: Jangan mencuci release bearing, karena grease yang ada di dalamnya akan hilang dan akibatnya bearing rusak

Hasil pemeriksaan : Putaran kasar

Kesimpulan : Mengganti

4 . Memasang unit kopling

a. Memasang kabel parkir

1) Memberikan grease ke ujung hook kabel dan joint pin sebelum kabel kopling dipasang

2) Memasang kabel ujung hook kabel ke pedal kopling dan mengencangkan mur luar sesuai dengan spesifikasi

Momen pengencangan : 1.5 – 2.5 kg m

3) Memasang grommet ke body dan clamp kabel kopling

4) Memasang kabel ke bracket dan mengencangkan mur luar kabel

Momen spesifikasi : 1.5 - 2.5 kg m

5) Memasang ujung kabel dalam dengan joint pin dalam release arm dan mengencangkan mur joint sesuai dengan spesifikasi

Catatan: Ujung kabel harus keluar 1 mm dari mur joint

6) Menghidupkan mesin, memeriksa apakah kopling sudah berfungsi dengan baik

b. Memasang flywheel

Catatan: Sebelum memasang, membersihkan dulu permukaan flywheel dan permukaan plate

1) Menggunakan SST untuk memasang input shaft bearing ke flywheel (Gbr.4.4.4.)

2) Memasang flywheel ke crankshaft dan mengencangkan bautnya sesuai dengan spesifikasi

Momen pengencangan : 5.7 – 6.5 kgm

3) Meluruskan plat kopling ke flywheel dengan menggunakan SST, memasang cover kopling dan bautnya kemudian mengencangkan sesuai spesifikasi (Gbr.4.4.6.)

Momen pengencangan : 1.8 – 2.8 kgm

Catatan:

a) Saat mengencangkan baut – baut cover, menekan plat kopling dengan SST

b) Mengencangkan baut – baut cover sedikit demi sedikit secara diagonal

4) Melumasi input shaft dengan grease

5) Memasang transmisi pada mesin

Catatan: Memutar crankshaft dengan kunci dari depan sambil memasukkan input shaft transmisi ke disc kopling

c. Memasang release bearing

Langkah – langkah:

1) Memasukan release shaft kopling ke dalam lubang bush pada housing

2) Melumasi setiap bagian dalam bush dan press bagian sisi kiri bush dari luar hingga jauh ke dalam (Gbr.4.4.8.)

3) Memasang spring ke dalam shaft dan case

4) Mengepress bagian sisi kanan bush ke dalam case

5) Memberikan grease ke bagian luar seal (oil seal) kemudian memasukkan oil seal ke dalam case hingga jauh ke dalam

6) Menggunakan SST unutk memasang release shaft plug

7) Memasang release arm ke dalam release shaft meluruskan tandanya kemudian mengencangkan baut dan mur sesuai dengan spesifikasi

Momen pengencangan : 1.0 – 1.6 kgm

8) Memberikan grease pada release shaft arm dan bearing juga memberikas sedikit pada input shaft spline dan ujung depan

Perhatian:

Jangan melumasi grease kebagian yang bergeser pada release bearing dengan bearing retainer.